Wednesday, March 27, 2013

Analisis Drama "DOR"


ANALISIS UNSUR INTRINSIK DRAMA “DOR”
 KARYA PUTU WIJAYA

1.      Deskripsi Buku
a.       Judul                          : DOR
b.      Pengarang                  : Putu Wijaya
c.       Penerbit                      : Balai Pustaka
d.      Tahun Terbit               : 2003
e.         Cover                        : Latar warna hitam putih, terdapat tulisan judul “DOR” dengan warna merah ukuran besar, dibawahnya terdapat tulisan nama pengarang “Putu Wijaya” dengan warna ungu. Dalam latar hitam terdapat foto sebelah wajah si pengarang.
f.       Jumlah Halaman         : 70 halaman
2.      Sinopsis
Drama DOR mengisahkan seorang anak Gubernur yang telah membunuh seorang perempuan. Dalam hal ini hakim harus memutuskan hukuman apa yang diberikan kepada anak Gubernur itu. Pertimbangan ini sangat rumit mengingat yang akan menerima hukuman tersebut anak dari seorang pejabat. Banyak masyarakat yang menginginkan agar anak Gubernur tersebut mendapat hukuman yang setimpal atas perbuatannya. Gubernur itu sendiri sebagai ayah dengan tegar menyatakan kebenaran harus ditegakkan, walaupun pada akhirnya ia memutuskan untuk membela anaknya hingga ia menembak hakim tersebut.
3.      Unsur Intrinsik Drama
a.      Tokoh, Peran dan Karakter
Aspek penamaan yang digunakan pengarang dalam drama ini disajikan tanpa nama-nama tokoh, hanya beberapa tokoh saja yang menggunakan nama. Putu Wijaya sering menggunakan tokoh tanpa nama-nama agar tokoh-tokoh tersebut tidak terikat dengan faktor penamaan sehingga dapat bergerak lebih bebas bahkan karakternya dapat melompat-lompat dari suatu situasi ke situasi lainnya. Tokoh-tokoh yang terdapat dalam drama ini diantaranya :

1.      Pelayan
2.      Hakim
3.      Tamu
4.      Tamu 1
5.      Jaksa
6.      Pemuda
7.      Saksi
8.      Pembela
9.      Inem
10.  Yulia
11.  Para pelacur
12.  Salah Seorang
13.  Gubernur
14.  Nyonya/Ibu/Istri Gubernur
15.  Sobat
16.  Pacar
17.  Ali
18.  Lan Fa
19.  Seseorang
20.  Petugas


Ø  Kategori kedudukan peran para tokoh di dalam drama menurut Robert Scholes (dalam Junus, 1998; dan Elam, 1980).
1.      Peran Lion : Hakim
Dalam drama ini tokoh Gubernur berperan  sebagai peran Lion. Tokoh hakim disini bertindak sebagai tokoh protagonis. Tokoh ini memperjuangkan suatu kebenaran tentang pembunuhan yang di lakukan oleh Ali anak seorang Gubernur.   
2.      Peran Mars : Gubernur
Dalam hal ini Gubernur berperan sebagai tokoh yang menghalang-halangi perjuangan peran lion Hakim dalam mencapai tujuannya. Gubernur disini berusaha untuk membela anaknya yang telah melakukan pembunuhan. Ia pun sampai menembak tokoh hakim.
3.      Peran Sun : Ali
Tokoh Ali disini menjadi tokoh yang menjadi sasaran dalam pencarian keadilan. Dimana peran lion dan peran mars saling memperjuangkan keadilan untuk Ali sebagai peran sun.
4.      Peran Earth : Semua Tokoh
Yang termasuk kedalam peran earth adalah semua tokoh, karena semua tokoh dalam drama ini yang menerima hasil dari perjuangan hakim dan gubernur. Dalam drama ini semua tokoh saling berargumentasi mengenai tindakan yang dilakukan Ali. Semua tokoh menanti keputusan apa yang akan diberikan untuk Ali.
5.      Peran Scale : Pembela, Saksi, Jaksa
Peran scale disini berperan sebagai peran yang menengahi atau menyelesaikan konflik dan permasalahan yang terjadi. Pembela, saksi dan jaksa didalam drama ini berperan sebagai perantara dalam penyelesaian konflik yang terjadi.  
6.      Peran Moon : Pelayan,Tamu, Inem, Yulia, Istri Gubernur, Pacar
Dalam hal ini peran moon bertugas sebagai penolong. Misalnya pelayan yang selalu menolong hakim, istri gubernur dan pacar  yang selalu membantu gubernur.

b.      Motif, Konflik, Peristiwa dan Alur
1.      Motif
Motif adalah hal yang mendasari terjadinya laku atau tindakan tokoh. Banyak sekali motif yang ditunjukan oleh para tokoh drama ini.
Motif-motif yang diperoleh dari setiap tindakan tokoh seperti berikut:
-          Motif rasa cinta dan ketidaksenagan yang menyebabkan Ali melakukan tindakan pembunuhan terhadap perempuan.
-          Motif rasa sayang terhadap anak mendasari tindakan gubernur menentang hukum dan berusaha membebaskan Ali anaknya dari hukuman.
-          Motif kedudukan dan kewajiban yang telah mendasari semua tindakan hakim dalam mengusut kasus pembunuhan.
-          Motif ketidaksanggupan yang mendasari tindak membebaskan Ali dari hukuman oleh Hakim.
-          Motif kemarahan dan ketidakpuasan tindakan hukum yangmenjadikan tindakan pembunuhan pada tokoh ali oleh para masyarakat.
-          Motif kekecewaan melatarbelakangi tindakan gubernur menembak hakim.

2.      Konflik
Konflik yang diangkat dalam drama ini yaitu ketika Hakim harus menentukan apa hukuman bagi Ali yang telah membunuh seorang perempuan pelacur. Konflik ini sangat rumit karena yang melakukan pembunuhan tersebut adalah anak seorang gubernur.

3.      Peristiwa
Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam drama ini, diantaranya :
·         Ali (Anak Gubernur) melakukan pembunuhan terhadap perempuan pelacur.
·         Pengusutan kejadian pembunuhan di pengadilan.
·         Penyogokan dilakukan yulia terhadap inem pacar pelayan.
·         Unjuk rasa para penduduk.
·         Penentuan bebas hukuman pada Ali.
·         Pembunuhan terhadap Ali oleh para penduduk dengan menggantung dan menembaknya.
·         Penembakan hakim yang dilakukan oleh Gubernur.
4.      Alur
Alur drama ini menggunakan alur maju atau bisa dikatakan alur konvensional, artinya semua kronologi peristiwa disajikan secara berurutan dari peristiwa pertama hingga peristiwa akhir.  Dengan pola alur linear, P­1 - P2 - P3 ­- P4 .

c.       Latar dan Ruang
Latar didalam drama ini diterangkan seolah-olah telah menggambarkan pementasan, yaitu dengan berlatarkan panggung, dimana semua latar yang dijelaskan berupa keadaan di panggung pentas. Pertama kali latar disebutkan di dalam paragraf naratif berupa prolog, dengan menyebutkan beberapa latar, seperti malam hari, tempat hakim, dan tempat pelayan. Dijelaskan juga seiring dengan berjalannya naskah drama yaitu di ruang tamu, pengadilan,  tempat kejadian pembunuhan, rumah gubernur, pagi hari, dan sebagainya.  
Sementara soal ruang, drama ini memiliki ruang yang sangat jelas, karena ruang akan berkaitan langsung dengan pementasan, bagaimana ruang yang di rancang pada saat pementasan. Drama ini sendiri sangat jelas penggambarannya, sebab drama ini menerangkan latarnya tersebut langsung latar pementasn.

d.      Penggarapan Bahasa
Penggarapan bahasa yang digunakan pengarang sangat sesuai dengan tokoh yang diperankan, misalnya seorang hakim yang dalam gaya bicaranya dalam dialog sesuai dengan sebagaimana seorang hakim, misalnya dalam dialog “Konsepsi tua yang runtuh”. Tokoh seorang pelayan yang menggunakan logat kedaerahan, dalam hal ini pengarang menggunakan logat betawi, misalnya dalam dialog “Emang gimane?Pikir dong. Berape taon lagi mesti gue tunggu. Saben kali bilang, tunggu dulu biar kantong tambah meleding. Tokoh seorang sobat yang memiliki watak selalu menasehati orang lain dalam dialognya menggunakan peribahasa pepatah untuk mempertegas penokohannya, misalnya penggunaan peribahasa “Sepi ing pamrih, rame ing gawe. Tut wuri handayani. Alon-alon ben kelakon. Ojo Dumeh”. “Ora mangan ora opo pokoke kumpul. Holo pis kuntul baris.” Bahasa-bahasa yang digunakan oleh para tokoh sangat sesuai dengan penggambaran perannya.

e.       Tema (Premise) dan Amanat
Tema drama ini adalah perjuangan menegakkan keadilan pada seorang pembunuh. Tema ini berjeniskan tema yang tradisional, karena tema yang diangkat sering terjadi pada kehidupan sehari-hari, penegakan keadilan oleh seorang hakim pada tersangka. Tetapi yang tidak lajim dalam drama ini, hakim malah tidak menjalankan tugasnya dengan baik dan membebaskan tersangka yang jelas-jelas telah membunuh.
Tema yang diangkat dalam dram ini berada pada tingkatan tema sosial dan egoik, karena hampir cerita drama ini menceritakan kehidupan sosial dan keegoisan seluruh tokoh dalam perannya.
Kemudian amanat yang dapat di ambil dari isi cerita drama ini adalah :
·         Keadilan harus ditegakkan tanpa memandang harta, tahta, dan jabatan.
·         Masalah takan lepas dari semua pekerjaan, maka bersifat profesionallah dalam bekerja.

2 comments: