ANALISIS UNSUR
INTRINSIK DRAMA “DOR”
KARYA PUTU WIJAYA
1.
Deskripsi Buku
a.
Judul :
DOR
b.
Pengarang :
Putu Wijaya
c.
Penerbit :
Balai Pustaka
d.
Tahun Terbit :
2003
e.
Cover : Latar warna hitam putih, terdapat tulisan
judul “DOR” dengan warna merah ukuran besar, dibawahnya terdapat tulisan nama
pengarang “Putu Wijaya” dengan warna ungu. Dalam latar hitam terdapat foto
sebelah wajah si pengarang.
f.
Jumlah Halaman : 70 halaman
2.
Sinopsis
Drama DOR mengisahkan seorang anak Gubernur yang telah
membunuh seorang perempuan. Dalam hal ini hakim harus memutuskan hukuman apa
yang diberikan kepada anak Gubernur itu. Pertimbangan ini sangat rumit
mengingat yang akan menerima hukuman tersebut anak dari seorang pejabat. Banyak
masyarakat yang menginginkan agar anak Gubernur tersebut mendapat hukuman yang
setimpal atas perbuatannya. Gubernur itu sendiri sebagai ayah dengan tegar
menyatakan kebenaran harus ditegakkan, walaupun pada akhirnya ia memutuskan
untuk membela anaknya hingga ia menembak hakim tersebut.
3.
Unsur Intrinsik Drama
a.
Tokoh, Peran dan Karakter
Aspek penamaan yang digunakan pengarang dalam drama ini
disajikan tanpa nama-nama tokoh, hanya beberapa tokoh saja yang menggunakan
nama. Putu Wijaya sering menggunakan tokoh tanpa nama-nama agar tokoh-tokoh
tersebut tidak terikat dengan faktor penamaan sehingga dapat bergerak lebih
bebas bahkan karakternya dapat melompat-lompat dari suatu situasi ke situasi
lainnya. Tokoh-tokoh yang terdapat dalam drama ini diantaranya :
1.
Pelayan
2.
Hakim
3.
Tamu
4.
Tamu 1
5.
Jaksa
6.
Pemuda
7.
Saksi
8.
Pembela
9.
Inem
10. Yulia
11. Para pelacur
12. Salah Seorang
13. Gubernur
14. Nyonya/Ibu/Istri Gubernur
15. Sobat
16. Pacar
17. Ali
18. Lan Fa
19. Seseorang
20. Petugas
Ø Kategori kedudukan peran para tokoh di dalam drama
menurut Robert Scholes (dalam Junus, 1998; dan Elam, 1980).
1.
Peran Lion : Hakim
Dalam drama ini tokoh Gubernur berperan sebagai peran Lion. Tokoh hakim disini
bertindak sebagai tokoh protagonis.
Tokoh ini memperjuangkan suatu kebenaran tentang pembunuhan yang di lakukan
oleh Ali anak seorang Gubernur.
2.
Peran Mars :
Gubernur
Dalam hal ini Gubernur berperan sebagai tokoh yang
menghalang-halangi perjuangan peran lion Hakim
dalam mencapai tujuannya. Gubernur disini berusaha untuk membela anaknya yang
telah melakukan pembunuhan. Ia pun sampai menembak tokoh hakim.
3.
Peran Sun : Ali
Tokoh Ali disini menjadi tokoh yang menjadi sasaran dalam
pencarian keadilan. Dimana peran lion dan peran mars saling memperjuangkan
keadilan untuk Ali sebagai peran sun.
4.
Peran Earth : Semua
Tokoh
Yang termasuk kedalam peran earth adalah semua tokoh,
karena semua tokoh dalam drama ini yang menerima hasil dari perjuangan hakim
dan gubernur. Dalam drama ini semua tokoh saling berargumentasi mengenai
tindakan yang dilakukan Ali. Semua tokoh menanti keputusan apa yang akan
diberikan untuk Ali.
5.
Peran Scale :
Pembela, Saksi, Jaksa
Peran scale disini berperan sebagai peran yang menengahi
atau menyelesaikan konflik dan permasalahan yang terjadi. Pembela, saksi dan
jaksa didalam drama ini berperan sebagai perantara dalam penyelesaian konflik
yang terjadi.
6.
Peran Moon :
Pelayan,Tamu, Inem, Yulia, Istri Gubernur, Pacar
Dalam hal ini peran moon bertugas sebagai penolong.
Misalnya pelayan yang selalu menolong hakim, istri gubernur dan pacar yang selalu membantu gubernur.
b.
Motif, Konflik, Peristiwa dan Alur
1. Motif
Motif
adalah hal yang mendasari terjadinya laku atau tindakan tokoh. Banyak sekali
motif yang ditunjukan oleh para tokoh drama ini.
Motif-motif
yang diperoleh dari setiap tindakan tokoh seperti berikut:
-
Motif rasa cinta dan
ketidaksenagan yang menyebabkan Ali melakukan tindakan pembunuhan terhadap
perempuan.
-
Motif rasa sayang
terhadap anak mendasari tindakan gubernur menentang hukum dan berusaha
membebaskan Ali anaknya dari hukuman.
-
Motif kedudukan dan
kewajiban yang telah mendasari semua tindakan hakim dalam mengusut kasus
pembunuhan.
-
Motif ketidaksanggupan
yang mendasari tindak membebaskan Ali dari hukuman oleh Hakim.
-
Motif kemarahan dan
ketidakpuasan tindakan hukum yangmenjadikan tindakan pembunuhan pada tokoh ali
oleh para masyarakat.
-
Motif kekecewaan
melatarbelakangi tindakan gubernur menembak hakim.
2. Konflik
Konflik
yang diangkat dalam drama ini yaitu ketika Hakim harus menentukan apa hukuman bagi Ali
yang telah membunuh seorang perempuan pelacur.
Konflik ini sangat rumit karena yang melakukan pembunuhan tersebut adalah anak
seorang gubernur.
3. Peristiwa
Peristiwa-peristiwa
yang terjadi dalam drama ini, diantaranya :
·
Ali (Anak Gubernur)
melakukan pembunuhan terhadap perempuan pelacur.
·
Pengusutan kejadian
pembunuhan di pengadilan.
·
Penyogokan dilakukan
yulia terhadap inem pacar pelayan.
·
Unjuk rasa para
penduduk.
·
Penentuan bebas hukuman
pada Ali.
·
Pembunuhan terhadap Ali
oleh para penduduk dengan menggantung dan menembaknya.
·
Penembakan hakim yang
dilakukan oleh Gubernur.
4. Alur
Alur drama ini
menggunakan alur maju atau bisa dikatakan alur konvensional, artinya semua
kronologi peristiwa disajikan secara berurutan dari peristiwa pertama hingga
peristiwa akhir. Dengan pola alur linear, P1 - P2 - P3 -
P4 .
c.
Latar dan Ruang
Latar didalam drama ini diterangkan seolah-olah telah
menggambarkan pementasan, yaitu dengan berlatarkan panggung, dimana semua latar
yang dijelaskan berupa keadaan di panggung pentas. Pertama kali latar
disebutkan di dalam paragraf naratif berupa prolog, dengan menyebutkan beberapa
latar, seperti malam hari, tempat hakim, dan tempat pelayan. Dijelaskan juga
seiring dengan berjalannya naskah drama yaitu di ruang tamu, pengadilan, tempat kejadian pembunuhan, rumah gubernur,
pagi hari, dan sebagainya.
Sementara soal ruang, drama ini memiliki ruang yang
sangat jelas, karena ruang akan berkaitan langsung dengan pementasan, bagaimana
ruang yang di rancang pada saat pementasan. Drama ini sendiri sangat jelas
penggambarannya, sebab drama ini menerangkan latarnya tersebut langsung latar
pementasn.
d.
Penggarapan Bahasa
Penggarapan bahasa yang digunakan pengarang sangat sesuai
dengan tokoh yang diperankan, misalnya seorang hakim yang dalam gaya bicaranya
dalam dialog sesuai dengan sebagaimana seorang hakim, misalnya dalam dialog “Konsepsi tua yang runtuh”. Tokoh seorang
pelayan yang menggunakan logat kedaerahan, dalam hal ini pengarang menggunakan
logat betawi, misalnya dalam dialog “Emang
gimane?Pikir dong. Berape taon lagi mesti gue tunggu. Saben kali bilang, tunggu
dulu biar kantong tambah meleding. Tokoh
seorang sobat yang memiliki watak selalu menasehati orang lain dalam dialognya
menggunakan peribahasa pepatah untuk mempertegas penokohannya, misalnya
penggunaan peribahasa “Sepi ing pamrih,
rame ing gawe. Tut wuri handayani. Alon-alon ben kelakon. Ojo Dumeh”. “Ora mangan ora opo pokoke kumpul. Holo pis
kuntul baris.” Bahasa-bahasa yang digunakan oleh para tokoh sangat sesuai
dengan penggambaran perannya.
e.
Tema (Premise) dan Amanat
Tema drama ini adalah perjuangan menegakkan keadilan pada
seorang pembunuh. Tema ini berjeniskan tema yang tradisional, karena tema yang
diangkat sering terjadi pada kehidupan sehari-hari, penegakan keadilan oleh
seorang hakim pada tersangka. Tetapi yang tidak lajim dalam drama ini, hakim
malah tidak menjalankan tugasnya dengan baik dan membebaskan tersangka yang
jelas-jelas telah membunuh.
Tema yang diangkat dalam dram ini berada pada tingkatan
tema sosial dan egoik, karena hampir cerita drama ini menceritakan kehidupan
sosial dan keegoisan seluruh tokoh dalam perannya.
Kemudian
amanat yang dapat di ambil dari isi cerita drama ini adalah :
·
Keadilan harus
ditegakkan tanpa memandang harta, tahta, dan jabatan.
·
Masalah takan lepas
dari semua pekerjaan, maka bersifat profesionallah dalam bekerja.
thanks, blognya sangat bermanfaat
ReplyDeleteterima kasih informasinya
ReplyDelete