Maafkan Aku, Kekasihku
!!!
Ruangan
kelas yang begitu luas entah kenapa hari
ini terasa sempit sekali. Aku tak tahu kenapa sampai berpikiran seperti itu.
Dadaku terasa sesak, rasanya sulit untuk bernafas. Aku mencoba untuk tetap
tenang tapi tetap saja sia-sia. Satu hal yang ada dalam pikiranku sekarang,
Ridho. Cowok genius , tampan, putih, berambut
agak keriting itu yang membuat aku gelisah. Aku merasa kaku berada dikelas, tak
seperti biasanya. Ocehanku tak lagi terdengar. Teman-temanku dari tadi terus
bertanya kenapa aku jadi pendiam seperti ini. Aku hanya tersenyum dan menjawab
kalau kondisi badanku lagi gak fit.Ridho
yang tempat duduknya tak jauh dariku seakan-akan terus memperhatikanku. Aku tak
tahu yang aku rasakan ini benar atau hanya suggesti
saja, yang pasti aku sangat gelisah.
Aku
kembali teringat kejadian sebulan yang lalu pada saat jam istirahat. Seperti
biasanya aku dan teman-temanku pergi ke kantin, termasuk salah satunya Ridho.
Kami semua memang berteman dekat terutama dalam hal kelompok belajar. Kami
beranggotakan enam orang. Gilar, Indra, Tio, Ridho, Dini, dan aku Shindy.
Walaupun kami tidak bersahabat dekat dan cuma dekat dalam hal kelompok belajar
tapi kami cukup akrab. Setelah pulang
dari kantin kami berenam pergi ke lab biologi untuk menanyakan tugas yang harus
dikumpulkan minggu depan kepada Pak Tono guru biologi kami. Kebetulan Pak Tono
sedang sibuk membereskan peralatan-peralatan bekas praktek anak-anak kelas X.
Melihat kami semua menghampirinya, beliau kemudian meminta bantuan kami. Kami
pun membantunya. Kemudian Pak Tono meminta Gilar, Indra, Tio, dan Dini
membantunya membawa peralatan-perlatan praktek
yang sudah tidak terpakai ke gudang, sedangkan aku dan Ridho membereskan
peralatan di lab. Mereka pun pergi ke gudang tinggal aku dan Ridho yang tetap
diam di lab. Setelah semuanya beres, Ridho kemudian menghampiriku.
“Sin,
boleh ngomong sesuatu gak?”tanyanya sambil gugup.
“Iya, ada apa dho? Kalo materi yang
kamu tugasin kemarin udah beres kok,tinggal di bahas sama yang lain.”
“Hmmmph...bukan,ini
soal kita.”
“Soal
kita???”tanyaku bingung.
“A...aa...aaakku sayang sama kamu
Sin!”
“Apa???Kamu
ngaco ah. Sejak kapan kamu jadi suka bercanda kaya gini. Biasanya kamu selalu
serius, kenapa sekarang jadi ngajak bercanda. Teorema Phytagoras bikin kamu
jadi aneh kaya gini ya, kebanyakan gaul sama matematika sih?” kataku sambil
tertawa.
“Aku
serius Sin, sangat serius malahan. Aku sudah lama suka sama kamu, tapi aku tak
punya keberanian untuk mengatakannya. Aku terlalu takut, takut kalau kamu tahu
kamu akan menjauh dariku. Baru sekarang aku berani mengatakannya, aku sangat
mencintaimu Sin. Aku suka semua yang ada dalam diri kamu. Senyum kamu, mata
kamu, kebaikan kamu dan semua hal yang aku tak tahu lagi kata apa yang dapat
mendeskripsikannya.”
Aku
terdiam mendengar ucapan Ridho. Aku melihat kejujuran dan ketulusan dimatanya.
Seluruh aliran darahku terasa berhenti, jantungku berdetak lebih kencang,
tanganku terasa dingin. Aku ingat beberapa waktu lalu Tio pernah bilang
kepadaku kalau Ridho suka sama aku. Tentu saja aku tidak percaya. Cowok tengil
kaya Tio mana mungkin bicara serius. Lagipula aku tak melihat
tanda-tanda kalau Ridho menyukaiku. Perlakuan dia terhadapku sama seperti ke
teman-teman yang lain. Dan sekarang aku benar-benar mendengarnya langsung dari
Ridho. Apa aku harus percaya? Jujur ada perasaan senang ketika Ridho mengatakan
semua itu karena aku memang punya perasaan lebih terhadanya. Tapi aku tak boleh
membiarkan perasaan itu tumbuh menjadi besar karena aku punya pacar, Ega. Yah,
Ega adalah pacarku.
“Dho,
kamu sendiri tahu kan sekarang aku punya pacar. Aku baru jadian tiga hari yang
lalu. Aku gak mau merusak kebahagiaan yang baru saja hadir dihidupku, terutama
kebahagiaan Ega. Satu hal yang aku sesalkan saat ini, kenapa kamu gak jujur
dari awal. Jujur sebelum Ega hadir dalam hidup aku. Jujur dho, akupun punya
perasaan yang sama, aku sayang sama kamu. Tapi sekarang semuanya sudah
terlambat. Aku punya Ega, aku harus sepenuhnya memberikan perasaan aku buat
dia. Sekarang aku sedang berusaha mengubur perasan aku ke kamu. Aku harap kamu
ngerti.”
“Iya,
aku tahu Sin. Dan aku tak peduli itu. Aku sangat menyayangimu dan aku akan
membahagiakanmu. Please, Sin..jangan kubur perasaan itu. Biarkan perasaan itu
tumbuh diantara kita. Aku janji cukup kita yang tahu”
Entah
setan apa yang merasuki pikiranku sehingga aku menerima cinta Ridho. Ridho
mengecup keningku dan memegang tanganku erat. Ada perasaan nyaman ketika aku
didekatnya. Yah, aku mencintainya.
Tanpa
aku sadari, aku telah menyakiti seseorang yang juga tulus mencintaiku. Aku
berlaku tak adil, begitu egoiskah aku? Aku marah pada diriku sendiri. Kenapa
aku tak dapat berpikir panjang. Tak seharusnya aku menyakiti Ega. Aku
termenung, hatiku berbisik “maafkan aku Ega”.
Setelah
kejadian itu hari-hariku merasa tak tenang. Aku terus diliputi rasa bersalah.
Ega pun melihat perubahanku. Dia selalu bertanya tentang keadaanku yang menjadi
aneh, dan aku tak berani jujur. Aku berusaha sebisa mungkin menutupi
kesalahanku dari Ega. Seperti yang aku tau, Ega tak pernah mengeluh dengan
perubahanku, dia tetap mencintaiku.
Bel
istirahat berbunyi. Teman-teman sekelasku berhamburan keluar, tinggal aku yang
diam di kelas. Aku tak merasakan lapar diperutku. Kemudian Ridho menghampiriku.
“Sin,
kamu kenapa sich dari tadi kelihatannya gelisah terus?lagi ada masalah?cerita
dong! Jelek tau, jangan cemberut terus.”tanya Ridho sambil memegang tanganku.
“Aku
akan mengambil keputusan sekarang.”jawabku sambil berusaha melepaskan tangannya
dari tanganku.
“Maksudnya???”
“Aku
ingin kita akhiri semua ini. Aku gak mau ada kebohongan lagi. Kamu tahu selama
ini aku gak pernah tenang menjalani hubungan ini? Ada orang yang tersakiti oleh
hubungan kita. Aku gak mau terus menyakiti Ega.”
“Jadi,
kita akan meresmikan hubungan kita secara utuh?”Ridho berkata dengan mata yang
berbinar-binar.
“Bukan
itu maksudku. Aku ingin kita mengakhiri hubungan kita.” sahutku sambil
menunduk.
Aku
tak berani menatap Ridho. Rasa sayang yang berusaha aku kubur takut tak bisa
hilang apabila aku menatap matanya.
“Sin,
aku tahu kamu masih sangat mencintaiku. Kenapa kamu membohongi perasaan kamu
sendiri, please jangan lakukan ini
padaku?”kata Ridho sambil berusaha memegang tanganku kembali.
“Keputusankku
sudah bulat. Terlalu picik aku terhadap Ega, dia tak pantas untuk aku sakiti.
Aku ingin membahagiakannya. Sekarang aku baru sadar,aku hanya mengagumimu. Kamu
terlalu sempurna buat aku. Maafkan aku dho, masih banyak orang di luar sana
yang lebih baik dari aku dan tentu bisa membahagiakanmu.”
“Aku
tak tahu apakah ada hal yang bisa merubah keputusannmu. Ini mimpi, aku berharap
ini hanya mimpi. Tapi sayangnya ini
kenyataan, aku harus bisa menerimanya. Aku mencintaimu, aku ingin melihat kamu
bahagia. Jika bukan aku yang bisa membahagiakanmu ,aku rela”jawab Ridho dengan
wajah yang seolah menutupi kesedihannya.
“Aku
tak akan pernah melupakanmu, kamu akan tetap aku kenang sebagai seseorang yang
pernah berarti dalam hidupku dan kuharap ini hanya akan menjadi rahasia kita
berdua”kataku sambil memeluknya.
“Yah...”jawabnya
singkat.
Aku pergi meninggalkan Ridho
sendirian dikelas. Aku hendak menghampiri Ega di kelasnya. Akan aku tebus
segala kesalahan-kesalahanku padanya. Sebelum aku keluar, aku kembali menatap
Ridho.
“Kamu tetap jadi sahabatku kan??”tanyaku.
“Tentu...”sahut
ridho yang tetap berusaha tersenyum.
Dari kejauhan aku melihat Ega
berdiri di depan ruang kelasnya. Aku berlari menghampirinyadanlangsung memeluknya erat, tak
peduli orang-orang disekitarku melihat adegan ini. Kubisikan sesuatu ke telinga
Ega.
“Maafkan
aku. Aku sangat mencintaimu, sayang”.
No comments:
Post a Comment