Rasa
Yang Tertinggal
“Mah, bendera semaphore Riri mana?”tanyaku
buru-buru.
“Koq nanya mamah, minggu kemarin bekas latihan, kamu
simpan dimana?coba ingat-ingat lagi.”
“Oh, iya. Aku baru ingat. Benderanya dikumpulin di
basecamp pramuka sekolah.”kataku sambil mengingat-ingat.
“Ya udah. Sekarang kamu cepat pergi ke sekolah.
Bukannya kamu harus cepat-cepat latihan pramuka?”
“Iya mah, Riri udah telat nih.
Assalamualaikum.”
Aku bergegas pergi menuju sekolah
untuk mengikuti ekskul pramuka. Aku terburu-buru karena sudah terlambat. Setiba
di sekolah aku segera pergi ke lapangan menuju teman-temanku yang sudah
berkumpul.
“Tumben Ri telat?”Tanya Tari.
“Iya, tadi nyari-nyari bendera semaphore dulu. Aku
lupa kalau benderanya dikumpulin.”jawabku.
“Nich benderanya Rie!” kata Tari
sambil menyodorkan bendera kepadaku.
Tak lama pembina pramuka pun datang
untuk melatih kita semua. Untuk pertemuan sekarang kita semua berlatih
semaphore. Akhir-akhir ini aku semakin sibuk dengan kegiatan ekskulku ini karena
sebulan lagi akan diadakan Jambore Nasional. Kebetulan, aku dan sembilan teman
lainnya menjadi utusan dari sekolah untuk mengikuti jambore nasional. Setelah
selesai berlatih, pembina kami akan mengadakan tes kemampuan semaphore secara
kelompok. Setiap kelompok dibagi lima orang. Teman-teman kelompokku adalah
Tari, Resa, Dhika, dan Yogi. Setelah membagi kelompok, kami pun diberi
kesempatan untuk bersiap-siap dengan kelompok masing-masing. Ketika sedang
berkumpul dengan kelompok, aku merasa ada yang aneh dari diri Dhika. Dia selalu
menghindar setiap ada aku, tetapi aku berusaha biasa-biasa saja terhadap dia.
Hari demi hari telah dilalui. Setiap
bertemu Dhika, selalu saja aku merasa ada yang aneh. Dhika tak seperti
biasanya, selalu saja Dhika kelihatan canggung ketika bertemu dengan aku.
“Ri, ke kantin yuk?” kata Tari pas
jam istirahat.
“Nggak agh, kamu duluan aja, lagi
males keluar nih.”jawabku.
Akupun duduk sendiri di bangkuku.
Dari tempat dudukku, aku melihat Roni sedang berbincang-bincang dengan kakak
kelaskku. Setahukku dia bernama Juan. Entah kenapa aku sangat suka setiap
melihat Juan. Dia begitu tampan. Mungkin itu yang tersirat dipikiranku setiap
melihatnya. Juan memang selalu datang ke kelasku setiap jam istirahat. Dia
selalu menemui Roni, teman se-gengnya.
Ada perasaan suka setiap aku melihatnya. Tapi aku tak berani mengungkapkannya
Aku hanya berani menatapnya dari kejauhan. Itulah salah satu alasanku untuk
tidak pergi ke kantin. Aku pun selalu berpura-pura berpaling setiap Juan
tiba-tiba menoleh kepadaku.
Sore harinya aku kembali mengikuti
ekskul pramuka. Makin hari jadwal latihanku semakin padat. Setelah pulang
latihan tiba-tiba Yogi menghampiriku. Dia menyerahkan sepucuk surat kepadaku
dan bilang surat tersebut dari Dhika. Sesampainya dirumah, perlahan kubuka
surat itu dan mulai membacanya. Aku terkejut setelah membaca surat itu, ia
mengatakan kalau ia menyukaiku, dia mulai jatuh cinta terhadapku. Kemudian, aku
membalas surat itu. Aku meminta Dhika agar menunggu jawabanku seminggu lagi.
Setelah kejadian itu, Dhika selalu menunjukan perhatiannya setiap hari. Setiap
berangkat sekolah dia selalu menjemputku dan mengantarkanku pulang setiap
pulang sekolah.
Seminggu kemudian, ketika jam
istirahat, Dhika mengajakku bertemu di taman sekolah. Dhika akan meminta
jawaban atas suratnya seminggu yang lalu. Aku pun segera menemui Dhika.
Sesampainya di taman aku melihat Dhika sudah menunggu disana dan aku segera
menghampirinya. Aku berpikir kalau aku akan menerima Dhika menjadi pacarku. Aku juga melihat Dhika serius
kepadaku. Kembali ku teringat Juan, kakak kelas yang aku sukai. Aku pun merasa cintaku
pasti bertepuk sebelah tangan. Tak ada tanda-tanda kalau Juan menyukaiku. Aku
tak mau bermimpi terlalu jauh, ada seseorang yang benar-benar mencintaiku sekarang.
Kuutarakan perasaanku sekarang.
“Gimana Rie ?”tanya Dhika dengan
penuh harap.
“Yah, aku mulai mencintaimu!” jawabku.
Bel tanda istirahat sudah usai pun
berbunyi. Kulihat senyum bahagia terukir di wajah Dhika setelah mendengar
jawabanku. Aku berharap semoga ini menjadi pilihan terbaik untukku. Bahagia
bersama orang yang mencintaiku. Kemudian kami pun segera pergi ke kelas
masing-masing. Ketika tiba di pintu kelas, Juan memanggilku. Dia meminta supaya
aku untuk menunggunya saat pulang sekolah nanti. Aku menatapnya heran. Ada apa
Juan memintaku menunggunya nanti.
Kuanggukan kepalaku tanda setuju.
Jam pelajaran terakhir pun berakhir.
Kembali ku teringat janjiku kepada Juan. Perlahan satu persatu anak-anak di
kelas pun pulang tinggal aku sendirian di kelas. Tak lama Juan datang
menghampiriku. Dia pun duduk di sebelahku.
“Ada apa kak, tumben nyuruh
nungguin?”tanyaku heran.
“Ada hal penting yang harus aku
omongin”jawabnya gugup.
“Apa?”kataku
“Aku tak bisa terus begini. Tersiksa menahan sesuatu
yang sudah lama aku pendam. Aku mencintaimu Ri. Dari dulu, sejak pertama aku
melihatmu. Tak ada keberanian untuk mengungkapkannya. Setiap istirahat aku
selalu datang ke kelas ini hanya untuk bisa melihatmu, melihat senyummu
”ungkapnya.
Perasaan tak karuan kurasakan saat
ini. Baru istirahat tadi aku menerima Dhika menjadi pacarku. Sekarang, orang
yang selama ini aku sukai menyatakan persaannya. Apa yang harus aku lakukan. Ku
lihat dari kejauhan Dhika menuju kelasku. Aku bangkit dari tempat dudukku.
“Orang yang telah mengisi hatiku sudah menjemputku
kak” kataku sembari meninggalkannya.
No comments:
Post a Comment