Wednesday, March 27, 2013

Makalah


PENGELOLAAN SAMPAH PLASTIK
DENGAN TEKNIK DAUR ULANG

BAB I
PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang
Sampah masih menjadi masalah di hampir semua kota di Indonesia. Mulai dari kota kecil sampai kota metrolitan sekalipun. Berbagai alternatif penyelesaian sampah telah diusahakan oleh berbagai pihak, tetapi tampaknya belum memberikan hasil yang memuaskan.Sampah dapat menimbulkan masalah kesehatan dan keselamatan lingkungan, bila sampah tidak dikelola dengan baik. Umumnya sampah kota di Indonesia terdiri dari 60 % sampah organik dan 40 % sampah anorganik.
Limbah plastik merupakan masalah yang sudahdianggap serius bagi pencemaran lingkungan khususnya bagi pencemaran tanah. Bahan plastik merupakan bahan organik yang tidak bisa terurai oleh bakteri. Dan alangkah baiknya jika limbah plastik tersebut dapat digunakan lagi dengan cara mendaur ulang dan dijadikanproduk baru. Upaya pengelolaan daur ulangsampah plastik telah banyak dilakukan oleh pemerintah, seperti dengan menyediakan tempat sampah yang sudah dipecah menjadi beberapa kategori sampah (sampah basah dan sampahkering).Akan tetapi strategi ini masih belum memberikan hasil yang signifikan dalam reduksi jumlah sampah plastik. Dengan kata lain,manajemen yang ada saat ini belum sepenuhnya berjalan efektif. Masih banyak masyarakat yang membuang sampah tidak berdasarkan kategori sampah.
Peningkatan pemahaman kepada masyarakat perlu dilakukan baik dengansosialisasi secara langsung maupun tidak langsung. Seperti yang diungkapkan olehVesilind et al (2003) menyatakan bahwa dalamimplementasi sebuah manajemen/pengelolaan sampah dalam sebuah komunitas, hal pertamayang dilakukan adalah dengan melakukan reduksi sampah langsung pada sumber penghasil sampah. Dibutuhkan sebuah cara efektif agar dalam aktivitas ini, sampah plastikyang terkumpul sudah terpisah berdasarkan kategori jenis plastik, sehingga proses daur ulang di tingkat selanjutnya dapat dilakukan lebih efisien. Pengelolaan daur ulang sampahplastik yang ergonomis dan terintegrasi dengan baik akan dapat membantu kegiatan atau program strategis dalam upaya pengurangan jumlah sampah plastik yang efektif. Dalam proses suatu sistem ada 6 aspek yang perludiperhatikan yaitu secara teknis, ekonomis,ergonomis, sosio-kultural, bias dipertanggungjawabkan, hemat energi, dan turut melestarikan lingkungan (Manuaba, 2004). Dengan memperhatikan keenam aspek atau kriteria inilah yang akan digunakan dalam  penyusunan makalah “Pengelolaan Sampah Plastik dengan Teknik Daur Ulang”.


1.2    Masalah dan Rumusan Masalah
1.2.1        Masalah
      Sampah plastik merupakan fenomena yang tidak dapat terhindarkan hampir disetiap penjuru lingkungan terdapat sampah plastik.Sampah plastik mencapai 100 juta ton setiap tahunnya.Dengan jumlah sebanyak itu kita bisa membungkus bola bumi yang kita tinggali ini sepuluh kali lipat.benar-benar jumlah yang amat berlebihan.Limbah plastik merupakan masalah yang sudah dianggap serius bagi pencemaran lingkungan,khususnya terhadap pencemaran tanah.Salah satu solusi yang dapat diterapkan dalam penanganan limbah atau sampah plastik ini adalah dengan mendaur ulang sampah plastik selama ini benar-benar hanya dilihat sebagai sampah semata.Hampir-hampir tidak ada yang bisa melihat sisi positif pada sampah plastik, bahkan pemulung pun enggan mengumpulkannya. Padahal sejatinya, sampah plastik ini bisa didaur ulang menjadi bahan baku pembuatan plastik. Permintaan terhadap bahan baku ini pun sangat besar sehingga pabrik pembuatan plastik sering kehabisan stok bahan baku.

1.2.2   Rumusan Masalah
1.    Bagaimanakah pengolahan sampah plastik?
2.    Bagaimanakah teknik daur ulang sampah plastik?
3.    Apa saja yang dapat dihasilkan dari daur ulang sampah plastik?



1.3              Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui bagaimana pengolahan sampah plastik.
2.      Untuk mengetahui bagaimana teknik daur ulang sampah plastik.
3.      Untuk mengetahui apa saja yang dapat dihasilkan dari daur ulang sampah plastik.

1.4              Manfaat Penulisan
1.      Memberikan pengetahuan mengenai manfaat yang bisa didapat dari barang bekas.
2.      Memberikan kesadaran tentang perlunya pengolahan sampah yang baik.
3.      Mengetahui cara mengelola sampah pada sumbernya.
4.      Menyadarkan tentang bahaya sampah tehadap pencemaran lingkungan.
5.      Meningkatkan kesadaran akan kebersihan lingkungan.
6.      Merangsang masyarakat untuk memiliki kreatifitas dalam menjadikan barang bekas menjadi sesuatu yang bermanfaat.

BAB II
PENGELOLAAN SAMPAH PLASTIK
2.1 Sampah
2.1.1 Pengertian Sampah
Sampah adalah barang yang tidak diperlukan atau yang tidak digunakan orang lagi.Sampah juga dapat diartikan sebagai material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan konsep buatan manusia,proses-proses alam tidak ada sampah, yang ada hanya produk-produk yang tak bergerak. Sampah dapat berada pada setiap fase materi: padat, cair, atau gas. Ketika dilepaskan dalam dua fase yang disebutkan terakhir, terutama gas, sampah dapat dikatakan sebagai emisi.Emisi biasa dikaitkan dengan polusi. Dalam kehidupan manusia, sampah dalam jumlah besar datang dari aktivitas industri (dikenal juga dengan sebutan limbah), misalnya pertambangan, manufaktur, dan konsumsi. Hampir semua produk industri akan menjadi sampah pada suatu waktu, dengan jumlah sampah yang kira-kira mirip dengan jumlah konsumsi.

2.1.2        Jenis-jenis Sampah
a.       Berdasarkan Sifatnya
1.      Sampah Organik, yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun kering, dan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk. Sampah ini dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos.
2.      Sampah Anorganik, yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik wadah pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya. Sampah ini dapat dijadikan sampah komersil atau sampah yang laku dijual untuk dijadikan produk lainnya.  Beberapa sampah anorganik yang dapat dijual adalah plastik wadah pembungkus makanan, botol dan gelas bekas minuman, kaleng, kaca, dan kertas, baik kertas koran, HVS, maupun karton. Sampah anorganik dapat juga di manfaatkan untuk di daur ulang kembali sebagai bahan baku.
b.      Berdasarkan Sumbernya
1.      Sampah Alam
Sampah yang diproduksi di kehidupan liar diintegrasikan melalui proses daur ulang alami, seperti halnya daun-daun kering di hutan yang terurai menjadi tanah. Di luar kehidupan liar, sampah-sampah ini dapat menjadi masalah, misalnya daun-daun kering di lingkungan pemukiman.
2.      Sampah Manusia
Sampah manusia (Inggris: human waste) adalah istilah yang biasa digunakan terhadap hasil-hasil pencernaan manusia, seperti feses dan urin. Sampah manusia dapat menjadi bahaya serius bagi kesehatan karena dapat digunakan sebagai vektor (sarana perkembangan) penyakit yang disebabkan virus dan bakteri. Salah satu perkembangan utama pada dialektika manusia adalah pengurangan penularan penyakit melalui sampah manusia dengan cara hidup yang higienis dan sanitasi. Termasuk didalamnya adalah perkembangan teori penyaluran pipa (plumbing).Sampah manusia dapat dikurangi dan dipakai ulang misalnya melalui sistem urinoir tanpa air.
3.      Sampah Konsumsi
Sampah konsumsi merupakan sampah yang dihasilkan oleh (manusia) pengguna barang, dengan kata lain adalah sampah-sampah yang dibuang ke tempat sampah. Ini adalah sampah yang umum dipikirkan manusia. Meskipun demikian, jumlah sampah kategori ini pun masih jauh lebih kecil dibandingkan sampah-sampah yang dihasilkan dari proses pertambangan dan industri.
4.      Sampah Nuklir
Sampah nuklir merupakan hasil dari fusi nuklir dan fisi nuklir yang menghasilkan uranium dan thorium yang sangat berbahaya bagi lingkungan hidupdan juga manusia.Oleh karena itu sampah nuklir disimpan ditempat-tempat yang tidak berpotensi tinggi untuk melakukan aktifitas tempat-tempat yang dituju biasanya bekas tambang garam atau dasar laut (walau jarang namun kadang masih dilakukan).

2.2  Plastik
Plastik adalah senyawa polimer yang terbentuk dari polimerisasi molekul-molekul kecil (monomer) hidrokarbon yang membentuk rantai yang panjang dengan struktur yang kaku. Plastik merupakan senyawa sintesis dari minyak bumi (terutama hidrokarbon rantai pendek) yang dibuat dengan reaksi polimerisasi molekul-molekul kecil (monomer) yang sama, sehingga membentuk rantai panjang dan kaku dan akan menjadi padat setelah temperatur pembentukannya. Plastik memiliki titik didih dan titik beku yang beragam, tergantung dari monomer pembentuknya. Monomer yang sering digunakan adalah etena (C2H4), propena (C3H6), styrene(C8H8), vinil klorida, nylon dan karbonat (CO3).
Plastik merupakan senyawa polimer yang penamaannya sesuai dengan nama monomernya dan diberi awalan poli-. Contohnya plastik yang terbentuk dari monomer-monomer, namanya adalah polipropilena. Hampir semua plastik sulit untuk diuraikan. Plastik yang memiliki ikatan karbon rantai panjang dan memiliki tingkat kestabilan yang tinggi, sama sekali tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme.

1.2  Pengelolaan
Pengelolaan diartikan sebagai suatu rangkaian pekerjaan atau usaha yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk melakukan serangkaian kerja dalam mencapai tujan tertentu.Definisi pengelolaan oleh para ahli terdapat perbedaan –perbedaa hal ini disebabkan karena para ahli meninjau pengertian dari sudut yang berbeda- beda. Ada yang meninjau pengelolaan dari segi fungsi, benda, kelembagaan dan yang meninjau pengelolaan sebagai suatu kesatuan. Namun jika dipelajari pada prinsipnya definisi- definisi tersebut mengandung pengertian dan tujuan yang sama. Berikut ini adalah pendapat dari beberapa ahli yakni menurut Wardoyo (1980:41) memberikan definisi sebagai berikut pengelolaan adalah suatu rangkai kegiatan yang berintikan perencanaan ,pengorganisasian pengerakan dan pengawasan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.Menurut Harsoyo (1977:121) pengelolaan adalah suatu istilah yang berasal dari kata “kelola” mengandung arti serangkaian usaha yang bertujuan untuk mengali dan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan tertentu yang telah direncanakan sebelumnya.
Dari uraian diatas dapatlah disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pengelolaan adalah suatu rangkaian kegiatan yang berintikan perencanaan,pengorganisasian,penggerakan dan pengawasan yang bertujuan menggali dan memanfaatkan sumber daya alam yang dimiliki secara efektif untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditentukan.

1.3    Teknik Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaur-ulangan, atau pembuangan dari material sampah. Kalimat ini biasanya mengacu pada material sampah yg dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan atau keindahan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya alam. Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat ,cair ,gas ,atau radioaktif dengan metoda dan keahlian khusus untuk masing masing jenis zat.
Praktek pengelolaan sampah berbeda beda antara Negara maju dan negara berkembang , berbeda juga antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan , berbeda juga antara daerah perumahan dengan daerah industri. Pengelolaan sampah yg tidak berbahaya dari pemukiman dan institusi di area metropolitan biasanya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah, sedangkan untuk sampah dari area komersial dan industri biasanya ditangani oleh perusahaan pengolah sampah. Metode pengelolaan sampah berbeda beda tergantung banyak hal ,diantaranya tipe zat sampah, tanah yg digunakan untuk mengolah dan ketersediaan area.
Pengelolaan sampah merupakan proses yang diperlukan dengan dua tujuan:
·         Mengubah sampah menjadi material yang memiliki nilai ekonomis.
·         Mengolah sampah agar menjadi material yang tidak membahayakan bagi lingkungan hidup.

Teknik-teknik Pengelolaan Sampah
a.      Teknik Pembuangan dengan Penimbunan Darat
Pembuangan sampah pada penimbunan darat termasuk menguburnya untuk membuang sampah, metode ini adalah metode paling populer di dunia. Penimbunan ini biasanya dilakukan di tanah yg tidak terpakai , lubang bekas pertambangan , atau lubang lubang dalam. Sebuah lahan penimbunan darat yg dirancang dan dikelola dengan baik akan menjadi tempat penimbunan sampah yang hiegenis dan murah. Sedangkan penimbunan darat yg tidak dirancang dan tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan berbagai masalah lingkungan , diantaranya angin berbau sampah , menarik berkumpulnya Hama, dan adanya genangan air sampah. Efek samping lain dari sampah adalah gas methan dan karbon dioksida yang juga sangat berbahaya. (di bandung kandungan gas methan ini meledak dan melongsorkan gunung sampah).
Karakteristik desain dari penimbunan darat yang modern diantaranya adalah metode pengumpulan air sampah menggunakan bahan tanah liat atau pelapis plastik. Sampah biasanya dipadatkan untuk menambah kepadatan dan kestabilannya , dan ditutup untuk tidak menarik hama (biasanya tikus). Banyak penimbunan sampah mempunyai sistem pengekstrasi gas yang dipasang untuk mengambil gas yang terjadi. Gas yang terkumpul akan dialirkan keluar dari tempat penimbunan dan dibakar di menara pembakar atau dibakar di mesin berbahan bakar gas untuk membangkitkan listrik.

b.      Teknik Daur Ulang
Proses pengambilan barang yang masih memiliki nilai dari sampah untuk digunakan kembali disebut sebagai daur ulang.Ada beberapa cara daur ulang , pertama adalah mengambil bahan sampahnya untuk diproses lagi atau mengambil kalori dari bahan yang bisa dibakar utnuk membangkitkan listik. Metode metode baru dari daur ulang terus ditemukan dan akan dijelaskan dibawah.
Metode ini adalah aktivitas paling populer dari daur ulang,yaitu mengumpulkan dan menggunakan kembali sampah yang dibuang, contohnya botol bekas pakai yang dikumpulkan kembali untuk digunakan kembali.Pengumpulan bisa dilakukan dari sampah yang sudah dipisahkan dari awal (kotak sampah/kendaraan sampah khusus), atau dari sampah yang sudah tercampur.
Sampah yang biasa dikumpulkan adalah kaleng minum aluminum , kaleng baja makanan/minuman, Botol HDPE dan PET , botol kaca , kertas karton, koran, majalah, dan kardus. Jenis plastik lain seperti (PVC, LDPE, PP, dan PS) juga bisa di daur ulang.Daur ulang dari produk yang komplek seperti komputer atau mobil lebih susah, karena harus bagian bagiannya harus diurai dan dikelompokan menurut jenis bahannya.

c.       Teknik Pengolahan Biologi
Material sampah organik, seperti zat tanaman, sisa makanan atau kertas ,bisa diolah dengan menggunakan proses biologis untuk kompos, atau dikenal dengan istilah pengkomposan.Hasilnya adalah kompos yang bisa digunakan sebagi pupuk dan gas methana yang bisa digunakan untuk membangkitkan listrik.Contoh dari pengelolaan sampah menggunakan teknik pengkomposan adalah Green Bin Program (program tong hijau) di Toronto, Kanada, dimana sampah organik rumah tangga , seperti sampah dapur dan potongan tanaman dikumpulkan di kantong khusus untuk di komposkan.


d.      Teknik Pemulihan Energi
Kandungan energi yang terkandung dalam sampah bisa diambil langsung dengan cara menjadikannya bahan bakar, atau secara tidak langsung dengan cara mengolahnya menajdi bahan bakar tipe lain. Daur-ulang melalui cara "perlakuan panas" bervariasi mulai dari menggunakannya sebakai bahan bakar memasak atau memanaskan sampai menggunakannya untuk memanaskan boiler untuk menghasilkan uap dan listrik dari turbin-generator. Pirolisa dan gasifikasi adalah dua bentuk perlakukan panas yang berhubungan , dimana sampah dipanaskan pada suhu tinggi dengan keadaan miskin oksigen. Proses ini biasanya dilakukan di wadah tertutup pada Tekanan tinggi. Pirolisa dari sampah padat mengubah sampah menjadi produk berzat padat , gas, dan cair. Produk cair dan gas bisa dibakar untuk menghasilkan energi atau dimurnikan menjadi produk lain. Padatan sisa selanjutnya bisa dimurnikan menjadi produk seperti karbon aktif.Gasifikasi dan Gasifikasi busur plasma yang canggih digunakan untuk mengkonversi material organik langsung menjadi Gas sintetis (campuran antara karbon monoksida dan hidrogen).Gas ini kemudian dibakar untuk menghasilkan listrik dan uap.


BAB III
PENGELOLAAN SAMPAH PLASTIK
 DENGAN TEKNIK DAUR ULANG

3.1  Pengolahan Sampah Plastik
1.      Pengumpulan Sampah Plastik
Pengumpulan sampah plastik dilakukan dengan melibatkan beberapa lembaga informal yaitu pemulung, lapak, dan bandar.Pelaku daur ulang sampah plastik biasanya mengumpulkan sampah plastik untuk selanjutnya diperjualbelikan hingga berakhir pada industri daur ulang sampah plastik.Pemulung biasanya mengambil sampah plastik dari tempat sampah, TPS, Depo maupun langsung di TPA.Para pemulung biasanya mengambil jenis sampah kering yang masih dapat dijual lagi seperti kardus, kertas, kaleng, botol kaca, dan lainnya. Selain pemulung, untuk mengumpulkan sampah pemerintah kota telah menyediakan gerobak sampah. Gerobak sampah ini digunakan untuk mengambil sampah di berbagai tempat.
2.      Pemilahan Sampah Plastik
Pemilahan sampah plastik yang dilakukan saat ini masih dilakukan oleh pelaku daur ulang yang pertama yaitu pemulung/perangkas.Pemulung/perangkas biasanya mulai memilah sampah menurut jenisnya langsung di tempat sampah atau di TPS.Salah satu hal yang menyulitkan pelaku daur ulang sampah adalah masih tercampurnya berbagai jenis sampah sehingga tidak jarang terjadi kontaminasi terhadap sampah plastik.Hal inilah yang menyebabkan adanya aktivitas tambahan di tingkat lapak maupun bandar dalam melakukan daur ulang terhadap sampah plastik.Aktivitas tambahan ini berupa aktivitas pencucian sampah plastik dari bahan/kotoran yang melekat pada plastik. Kotoran ini apabila tidak dibersihkan akan menyebabkan kontaminasi dalam proses daur ulang plastik, yang pada akhirnya menyebabkan kualitas plastik daur ulang menjadi rendah, dan bahkan tidak jarang pula sampah plastik menjadi tidak dapat diaur ulang. Dalam upayanya memisahkan jenis sampah antara sampah basah dan sampah kering, pemerintah telah memasang di banyak tempat, terutama di pinggir jalan, tempat sampah yang langsung membagi menjadi dua jenis sampah (sampah basah dan kering).Tetapi hal ini belum menampakkan hasil yang cukup signifikan karena pada kenyataannya ketika sudah sampai pada TPS maupun TPA sampah-sampahini masih tetap tercampur.Kurangnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya pemilahan sampah bisa diakibatkan oleh beberapa faktor. Berdasarkan hasil wawancara secara acak terhadap 75 responden, 45% menyatakann mengetahui perbedaan antara sampah basah dan sampah kering dan sisanya yaitu sebesar 55% menyatakan masih bingung atau belum mengetahui perbedaan sampah basah dan sampah kering.
Untuk jenis sampah plastik, pemulung, lapakmaupun bandar membagi menjadi 8 kategoriyaitu:
1.      Plastik putih/bening.
2.      Plastik botol.
3.      Plastik gelas
4.       Plastik PE-putih.
5.      Plastik bak.
6.       Plastik atom
7.      Plastik campur.
8.      Plastik tas kresek.
3.      Kompaksi
Aktivitas selanjutnya setelah dipilah berdasarkan jenisnya adalah aktivitas kompaksi.Proses yang dilakukan disini adalah memipihkan botol-botol plastik menjadi tipis.Cara yang biasa dilakukan adalah dengan mengijaknya. Tetapi cara ini hanya dilakukan untuk jenis plastik seperti botol plastik bekas airmineral (jenis LDPE) dan plastik gelas. Untuk jenis plastik bak dan plastik atom proses kompaksi agak sulit dilakukan karena plastik jenis ini cenderung lebih keras dan lebih tebal dibandingkan jenis plastik botol dan plastik gelas maupun plastik jenis lainnya.

4.      Prefabrikasi
Tahap selanjutnya yang dilakukan terhadap sampah plastik adalah proses pre-fabrikasi. Sebelum masuk ke proses inti yaitu mendaur ulang sampah plastik menjadi produk plastik daur ulang, sampah plastik yang telah dipipihkan akan dirajang atau dipotong-potong menjadi serpihan kecil. Sebelum dirajang, plastik yang telah pipih dicuci terlebih dahulu supaya bahan-bahan yang dapat mengkontaminasi proses selanjutnya dihilangkan. Bahan yang mengkontaminasi itu bisa berupa label merek, yang terbuat dari kertas atau metal. Setelah dibersihkan plastik dirajang.Pada tingkat bandar maupun supplier, aktivitas daur ulang yang dilakukan hanya sampai prefabrikasi saja.Hal ini disebabkan karena keterbatasan modal untuk membeli teknologi peletisasi.Beberapa bandar telah memiliki mesin perajang plastik.
5.      Fabrikasi
Aktivitas akhir yang dilakukan adalah fabrikasi, yaitu proses mengubah sampah plastik menjadi bijih plastik recycle, dengan menggunakan metode melting dan peletisasi. Aktivitas fabrikasi biasanya dilakukan pada tingkat industri recycle, karena teknologi yang digunakan membutuhkan modal yang cukup besar. Pada aktivitas fabrikasi terdiri dari tahap pemilahan tahap kedua, yaitu membedakan sampah plastik berdasarkan tipe plastik. Pemilahan kedua ini dilakukan karena setiap tipe plastik memiliki titik leleh sendiri-sendiri, sehingga tidak dapat diperlakukan sama. Metode yang digunakan disini adalah dengan memasukkan serpihan sampah plastik ke dalam cairan seperti air, minyak tanah, maupun minyak goreng. Perbedaan masssa jenis dari masing-masing tipe plastik akan menyebabkan serpihan plastik tenggelam dan terapung. Serpihan plastik yang terapung dipisahkan dengan yang tenggelam.Setelah dipisahkan, serpihan plastik dilelehkan (melting) dengan menggunakan temperatur yang disesuaikan dengan tipe plastik. Pada proses ini akan dihasilkan strand (lelehan plastik yang masih panjang seperti mie). Kemudian masuk pada bagian penyaringan (filtering) untuk memisahkan antara strand dengan bahan kontaminasi yang tidak tersaring saat inspeksi (pemilahan tahap I). Strand selanjutnya masuk ke dalam mesin peletisasi, sehingga dihasilkanbijih plastik recycle.

3.2  Teknik Daur Ulang Sampah Plastik
          Pemanfaatan limbah plastik merupakan upaya menekan pembuangan plastik seminimal mungkin dan dalam batas tertentu menghemat sumber daya dan mengurangi ketergantungan bahan baku impor. Pemanfaatan limbah plastik dapat dilakukan dengan pemakaian kembali (reuse) maupun daur ulang (recycle). Di Indonesia, pemanfaatan limbah plastik dalam skala rumah tangga umumnya adalah dengan pemakaian kembali dengan keperluan yang berbeda, misalnya tempat cat yang terbuat dari plastik digunakan untuk pot atau ember. Sisi jelek pemakaian kembali, terutama dalam bentuk kemasan adalah sering digunakan untuk pemalsuan produk seperti yang seringkali terjadi di kota-kota besar (Syafitrie, 2001).
          Pemanfaatan limbah plastik dengan cara daur ulang umumnya dilakukan oleh industri. Secara umum terdapat empat persyaratan agar suatu limbah plastik dapat diproses oleh suatu industri, antara lain limbah harus dalam bentuk tertentu sesuai kebutuhan (biji, pellet, serbuk, pecahan), limbah harus homogen, tidak terkontaminasi, serta diupayakan tidak teroksidasi. Untuk mengatasi masalah tersebut, sebelum digunakan limbah plastik diproses melalui tahapan sederhana, yaitu pemisahan, pemotongan, pencucian, dan penghilangan zat-zat seperti besi dan sebagainya (Sasse et al.,1995).
          Terdapat hal yang menguntungkan dalam pemanfaatan limbah plastik di Indonesia dibandingkan negara maju.Hal ini dimungkinkan karena pemisahan secara manual yang dianggap tidak mungkin dilakukan di negara maju, dapat dilakukan di Indonesia yang mempunyai tenaga kerja melimpah sehingga pemisahan tidak perlu dilakukan dengan peralatan canggih yang memerlukan biaya tinggi.Kondisi ini memungkinkan berkembangnya industri daur ulang plastik di Indonesia (Syafitrie, 2001).
          Pemanfaatan plastik daur ulang dalam pembuatan kembali barang-barang plastik telah berkembang pesat. Hampir seluruh jenis limbah plastik (80%) dapat diproses kembali menjadi barang semula walaupun harus dilakukan pencampuran dengan bahan baku baru dan additive untuk meningkatkan kualitas (Syafitrie, 2001). Menurut Hartono (1998) empat jenis limbah plastik yang populer dan laku di pasaran yaitu polietilena (PE), High Density Polyethylene (HDPE), polipropilena (PP), dan asoi.

Plastik Daur Ulang Sebagai Matriks
            Di Indonesia, plastik daur ulang sebagian besar dimanfaatkan kembali sebagai produk semula dengan kualitas yang lebih rendah. Pemanfaatan plastik daur ulang sebagai bahan konstruksi masih sangat jarang ditemui.Pada tahun 1980 an, di Inggris dan Italia plastik daur ulang telah digunakan untuk membuat tiang telepon sebagai pengganti tiang-tiang kayu atau besi.Di Swedia plastik daur ulang dimanfaatkan sebagai bata plastik untuk pembuatan bangunan bertingkat, karena ringan serta lebih kuat dibandingkan bata yang umum dipakai (YBP, 1986).
            Pemanfaatan plastik daur ulang dalam bidang komposit kayu di Indonesia masih terbatas pada tahap penelitian.Ada dua strategi dalam pembuatan komposit kayu dengan memanfaatkan plastik, pertama plastik dijadikan sebagai binder sedangkan kayu sebagai komponen utama; kedua kayu dijadikan bahan pengisi/filler dan plastik sebagai matriksnya.Penelitian mengenai pemanfaatan plastik polipropilena daur ulang sebagai substitusi perekat termoset dalam pembuatan papan partikel telah dilakukan oleh Febrianto dkk (2001).Produk papan partikel yang dihasilkan memiliki stabilitas dimensi dan kekuatan mekanis yang tinggi dibandingkan dengan papan partikel konvensional.Penelitian plastik daur ulang sebagai matriks komposit kayu plastik dilakukan Setyawati (2003) dan Sulaeman (2003) dengan menggunakan plastik polipropilena daur ulang.Dalam pembuatan komposit kayu plastik daur ulang, beberapa polimer termoplastik dapat digunakan sebagai matriks, tetapi dibatasi oleh rendahnya temperatur permulaan dan pemanasan dekomposisi kayu (lebih kurang 200°C).
Proses daur ulang plastik dengan menggunakan mesin khusus:
1.    Sortir, memisahkan bahan baku dan membuang material/ benda asing yang tidak diharapakan masuk ke dalam proses daur ulang.
2.    Pemotongan dan merajang plastik dalam bentuk asalnya (kantong atau lembaran plastik.
3.    Pencucian agar tidak menggangu proses penggilingan, dg cara Prewashing menggunakan media cair sebagai sarana untuk memisahkan material-material asing terutama agar tidak ikut dalam proses selanjutnya yaitu Pencucian Tahap 2 menggunakan mesin friction waterdimana materi dicuci kembali oleh ulir menanjak yang berputar pada putaran tinggi sehinggga hasil dari friksi dapat melepaskan material asing yang masih terdapat pada bahan.
4.    Pengeringan secara mekanik yaitu dengan memeras material dengan gerakan memutar sehingga air dapat keluar dan dengan menguapkan air pada suhu tertentu agar bahan benar-benar terbebas dari suhu yang melekat.
5.    Pemanasan yaitu material yang telah bersih dari pengotor dilelehkan dengan proses pemanasan material pada suhu 200 derajat C dimana suhu panas dihasilkan oleh heater dan selanjutnya lelehan dialirka untuk menuju proses penyaringan.
6.    Penyaringan dilakukan dengan lembaran besi yang dilobangi sebesar kira-kira 4mm di seluruh permukaannya, agar menjadi lelehan plastik akan melewati saringan ini untuk menghasilkan lelehan plastik berbentuk silinder panjang yang nantinya akn dipotong-potong.
3.3  Hasil Daur Ulang Sampah Plastik
Seluruh jenis sampah plastik bisa didaur ulang dan bisa dijadikan sovenir dan aksesoris.Meskipun kita tidak memiliki keterampilan khusus membuat karya dari plastik, namun kita bisa mencoba untuk membuatnya.Pungut dan kumpulkan sampah plastik. Pilih, botol atau pembungkus mie instan atau kue yang lain. Siapkan lem serba guna, gunting, dan pelangkap lain. Bisa juga beli stiker-stiker lucu bergambar hewan atau bunga.Stiker ini bisa untuk menambah hiasan.Hiasan ini ditempel saat menghias tempat pensil.Tempat pensil dibuat dari bekas minuman kemasan.Botol ini dipotong dan dipasang dengan posisi terbalik.Dinding tempat pensil bisa ditempeli gambar stiker lucu.Begitu juga kalau membuat cincin atau gantungan kunci.Semua bisa memanfaatkan sampah plastik. Namun bisa lebih dulu membeli ring nya atau lingkarannya. Plastik kita pola menjadi kembang atau yang lain. Dalam waktu tidak sampai lima belas menit, gantungan kunci, gelang, sampai tempat pensil, sudah langsaung dinikmati. Bila keterampilan mendaur ulang plastik ini dimiliki para ibu rumah tangga, mereka akan semakin berdaya dan bisa menghasilkan rupiah jika serius.
Contoh lainnya produk yang dihasilkan dari daur ulang sampah plastik adalahtaplak meja, dompet, tas besar,  tas jinjing, dan tempat tissue


BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1  Simpulan
Sampah plastik merupakan fenomena yang tidak dapat terhindarkan hampir disetiap penjuru lingkungan terdapat sampah plastik. Salah satu cara untuk mengatasi pencemaran lingkungan akibat sampah plastik adalah dengan melakukan daur ulang terhadap sampah plastik tersebut. Metode ini dilakukan dengan cara mengumpulkan dan menggunakan kembali sampah yang dibuang , contohnya botol bekas pakai yang dikumpulkan kembali untuk digunakan kembali. Pengumpulan bisa dilakukan dari sampah yang sudah dipisahkan dari awal (kotak sampah/kendaraan sampah khusus), atau dari sampah yang sudah tercampur.Produk yang dihasilkan dari daur ulang sampah plastik antara lain gantungan kunci, gelang, payung, tempat pensil, taplak meja, dompet, tas besar,  tas jinjing, dan tempat tissue.

4.2    Saran
Tidak ada lagi alasan bagi kita untuk tidak peduli pada pengelolaan sampah.Sampah bukanlah sesuatu yang hanya dapat menimbulkan masalah tetapi sampah juga dapat menjadi sumber tenaga baru dan mempunyai nilai ekonomis yang sangat tinggi. Dengan berbagai produk yang dapat dihasilkan, maka berbagai alternatif pengolahan sebelumnya (seperti pembuatan kompos saja, pembakaran, penimbunan) tentunya dapat dipertimbangkan kembali.
Untuk membuat sampah plastik menjadi sesuatu yang memiliki nilai ekonomis sebaiknya pemerintah mengadakan pelatihan keterampilan daur ulang sampah plastik menjadi barang layak pakai. Program ini apabila dikembangkan secara optimal mempunyai dampak yang berlapis mulai dari ekonomi, sosial bahkan ekosistem.Secara ekonomi produk yang dihasilkan dapat dijual sehingga menambah pendapatan rumah tangga, bahkan dalam jangka panjang dapat menjadi cikal bakal terbentuknya industri kecil yang berbasis rumah tangga.  Materi yang diberikan pada program ini antara lain berupa pengenalan sampah secara umum, proses pemanfaatan sampah plastik dan teknik pembuatan produk menjadi barang layak pakai, juga uraian singkat mengenai teknik pemasaran produk.  Selain materi juga ada pelatihan praktik langsung pembuatan produk sampah plastik menjadi barang layak pakai dan suvenir, yang ditujukan untuk meningkatkan keterampilan.


DAFTAR PUSTAKA