Wednesday, February 27, 2013

Artikel


Pentingnya Pengembangan Metode Belajar


Upaya meningkatkan keberhasilan pembelajaran, merupakan tantangan yang selalu dihadapi oleh setiap orang yang berkecimpung dalam profesi keguruan dan kependidikan. Salah satu usaha untuk lebih meningkatkan keberhasilan belajar siswa diantaranya dapat dilakukan melalui upaya memperbaiki proses pembelajaran. Dalam perbaikan proses pembelajaran ini peranan guru sangat penting, yaitu menetapkan metode pembelajaran yang tepat. Oleh karena sasaran proses pembelajaran adalah siswa belajar, maka dalam menetapkan metode pembelajaran fokus perhatian guru adalah pada upaya membelajarkan siswa. Mengajar hendaknya dilakukan dengan metode pembelajaran atau cara yang efektif agar diperoleh hasil lebih baik. Oleh karena itu, diperlukan kemampuan mengajar yang baik pula dengan menguasai metode pembelajaran. Selain itu diperlikan pula sikap mental untuk mau memperbaiki atau meningkatkan kemampuan mengajar. Guru seharusnya mampu menentukan dan mengembangkan metode pembelajaran yang dipandang dapat membelajarkan siswa melalui proses pembelajaran yang dilaksanakan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan hasil belajarpun diharapkan dapat lebih ditingkatkan. Pertimbangan pokok dalam menentukan metode pembelajaran terletak pada keefektifan proses pembelajaran. Proses pembelajaran menuntut guru untuk mengembangkan atau merencanakan, melaksankan dan mengevaluasi. Oleh karena itu, guru dalam menggunakan metode pembelajaran, perlu mempertimbangkan faktor-faktor kesesuaian antara metode pembelajaran, kemampuan guru, kondisi siswa, sumber dan fasilitas yang tersedia, situasi kondisi pembelajaran dan waktu yang tersedia.
            Pada hakikatnya pengembangan metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru adalah untuk membangkitkan partisipasi siswa sehingga dapat mengembangkan potensi individualnya secara optimal. Pada kenyaatannya banyak upaya yang telah dilakukan tetapi banyak pula keberhasilan yang belum dicapai sepenuhnya. Dengan begitu hal tersebut menuntut renungan, pemikiran dan kerja keras untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Jika kita mengamati berbagi praktek pembelajaran yang dilaksanakan oleh para guru, telah dijumpai keadaan yang beraneka ragam. Ada guru yang mengajar dengan semata-mata hanya menyampaikan materi pelajaran dan ada guru yang sengaja menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga siswa dapat melakukan berbagai kegiatan yang beranekaragam dalam mempelajari materi pembelajaran.
            Dalam kondisi yang pertama guru berperan sebagai penyampai materi pelajaran. Guru biasanya berdiri didepan kelas menghadapi sejumlah siswa dan menjelaskan isi pelajaran sesekali mungkin siswa bertanya/meminta penjelasan dan guru mengulangi penjelasan sebagai jawabannya. Siswa pada umumnya mendengarkan keterangan guru/sedikit mencatat keterangan itu. Adapun yang dijelaskan, diterima sebagai pengetahuan, kemudian dihapalkan, agar kelak dapat menjawab dengan baik jika ulangan. Situasi kelas pada proses pengajaran tersebut bersifat pasif dan verbalistis yaitu hanya diberi/menerima. Jarang dijumpai keaktifan belajar yang lebih jauh seperti berdiskusi. Hubungan antarindividu (siswa-siswa/siswa-guru) dalam proses pengajaran tampak pincang, sehingga kurang terlihat adanya hubungan timbal balik, baik antara siswa-siswa maupun siswa-guru. Secara sederhana hal tersebut dapat digambarkan dengan ungkapan “duduk, dengar,catat dan hapalkan”.
            Sedangkan pada kondisi yang kedua, guru yang mengajar menciptakan situasi dan kondisi belajar yang memungkinkan siswa dapat memperoleh pengalaman belajar sesuai dengan tujuan. Guru berperan sebagai orang yang selalu berupaya untuk memberi rangsangan (stimulus) agar siswanya mau mempelajari suatu materi pelajaran. Pada saat siswa melakukan proses belajar, guru membimbing/membantu kesulitan-kesulitan yang dihadapi sehingga dapat dipecahkan. Dengan cara semacam ini, siswa lebih aktif dalam belajar. Siswa dapat mempelajari suatu materi pelajaran dengan cara diskusi, melakukan penemuan, melakukan percobaan, melakukan latihan dan sebagainya sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Hal ini dimungkinkan terjadi karena guru yang bersangkutan memberi rangsangan, bimbingan, pengarahan dan dorongan kepada siswa untuk belajar.
            Kenyataan yang dijumpai dalam praktek, seringkali menunjukan gejala bahwa proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh seorang guru menunjukan keadaan yang “begitu-begitu saja” dari hari kehari atau materi untuk pelajaran apapun yang diajarkan selalu monoton dalam kegiatan pembelajarannya. 


Cerpen


Maafkan Aku, Kekasihku !!!


Ruangan kelas yang  begitu luas entah kenapa hari ini terasa sempit sekali. Aku tak tahu kenapa sampai berpikiran seperti itu. Dadaku terasa sesak, rasanya sulit untuk bernafas. Aku mencoba untuk tetap tenang tapi tetap saja sia-sia. Satu hal yang ada dalam pikiranku sekarang, Ridho. Cowok genius , tampan, putih, berambut agak keriting itu yang membuat aku gelisah. Aku merasa kaku berada dikelas, tak seperti biasanya. Ocehanku tak lagi terdengar. Teman-temanku dari tadi terus bertanya kenapa aku jadi pendiam seperti ini. Aku hanya tersenyum dan menjawab kalau kondisi badanku lagi gak fit.Ridho yang tempat duduknya tak jauh dariku seakan-akan terus memperhatikanku. Aku tak tahu yang aku rasakan ini benar atau hanya suggesti saja, yang pasti aku sangat gelisah.
Aku kembali teringat kejadian sebulan yang lalu pada saat jam istirahat. Seperti biasanya aku dan teman-temanku pergi ke kantin, termasuk salah satunya Ridho. Kami semua memang berteman dekat terutama dalam hal kelompok belajar. Kami beranggotakan enam orang. Gilar, Indra, Tio, Ridho, Dini, dan aku Shindy. Walaupun kami tidak bersahabat dekat dan cuma dekat dalam hal kelompok belajar tapi kami cukup akrab.  Setelah pulang dari kantin kami berenam pergi ke lab biologi untuk menanyakan tugas yang harus dikumpulkan minggu depan kepada Pak Tono guru biologi kami. Kebetulan Pak Tono sedang sibuk membereskan peralatan-peralatan bekas praktek anak-anak kelas X. Melihat kami semua menghampirinya, beliau kemudian meminta bantuan kami. Kami pun membantunya. Kemudian Pak Tono meminta Gilar, Indra, Tio, dan Dini membantunya membawa peralatan-perlatan praktek  yang sudah tidak terpakai ke gudang, sedangkan aku dan Ridho membereskan peralatan di lab. Mereka pun pergi ke gudang tinggal aku dan Ridho yang tetap diam di lab. Setelah semuanya beres, Ridho kemudian menghampiriku.
“Sin, boleh ngomong sesuatu gak?”tanyanya sambil gugup.
            “Iya, ada apa dho? Kalo materi yang kamu tugasin kemarin udah beres kok,tinggal di bahas sama yang lain.”
“Hmmmph...bukan,ini soal kita.”
“Soal kita???”tanyaku bingung.
            “A...aa...aaakku sayang sama kamu Sin!”
“Apa???Kamu ngaco ah. Sejak kapan kamu jadi suka bercanda kaya gini. Biasanya kamu selalu serius, kenapa sekarang jadi ngajak bercanda. Teorema Phytagoras bikin kamu jadi aneh kaya gini ya, kebanyakan gaul sama matematika sih?” kataku sambil tertawa.
“Aku serius Sin, sangat serius malahan. Aku sudah lama suka sama kamu, tapi aku tak punya keberanian untuk mengatakannya. Aku terlalu takut, takut kalau kamu tahu kamu akan menjauh dariku. Baru sekarang aku berani mengatakannya, aku sangat mencintaimu Sin. Aku suka semua yang ada dalam diri kamu. Senyum kamu, mata kamu, kebaikan kamu dan semua hal yang aku tak tahu lagi kata apa yang dapat mendeskripsikannya.”
Aku terdiam mendengar ucapan Ridho. Aku melihat kejujuran dan ketulusan dimatanya. Seluruh aliran darahku terasa berhenti, jantungku berdetak lebih kencang, tanganku terasa dingin. Aku ingat beberapa waktu lalu Tio pernah bilang kepadaku kalau Ridho suka sama aku. Tentu saja aku tidak percaya. Cowok tengil  kaya Tio mana mungkin bicara serius. Lagipula aku tak melihat tanda-tanda kalau Ridho menyukaiku. Perlakuan dia terhadapku sama seperti ke teman-teman yang lain. Dan sekarang aku benar-benar mendengarnya langsung dari Ridho. Apa aku harus percaya? Jujur ada perasaan senang ketika Ridho mengatakan semua itu karena aku memang punya perasaan lebih terhadanya. Tapi aku tak boleh membiarkan perasaan itu tumbuh menjadi besar karena aku punya pacar, Ega. Yah, Ega adalah pacarku.
“Dho, kamu sendiri tahu kan sekarang aku punya pacar. Aku baru jadian tiga hari yang lalu. Aku gak mau merusak kebahagiaan yang baru saja hadir dihidupku, terutama kebahagiaan Ega. Satu hal yang aku sesalkan saat ini, kenapa kamu gak jujur dari awal. Jujur sebelum Ega hadir dalam hidup aku. Jujur dho, akupun punya perasaan yang sama, aku sayang sama kamu. Tapi sekarang semuanya sudah terlambat. Aku punya Ega, aku harus sepenuhnya memberikan perasaan aku buat dia. Sekarang aku sedang berusaha mengubur perasan aku ke kamu. Aku harap kamu ngerti.”
“Iya, aku tahu Sin. Dan aku tak peduli itu. Aku sangat menyayangimu dan aku akan membahagiakanmu. Please, Sin..jangan kubur perasaan itu. Biarkan perasaan itu tumbuh diantara kita. Aku janji cukup kita yang tahu”
Entah setan apa yang merasuki pikiranku sehingga aku menerima cinta Ridho. Ridho mengecup keningku dan memegang tanganku erat. Ada perasaan nyaman ketika aku didekatnya. Yah, aku mencintainya.
Tanpa aku sadari, aku telah menyakiti seseorang yang juga tulus mencintaiku. Aku berlaku tak adil, begitu egoiskah aku? Aku marah pada diriku sendiri. Kenapa aku tak dapat berpikir panjang. Tak seharusnya aku menyakiti Ega. Aku termenung, hatiku berbisik “maafkan aku Ega”.
Setelah kejadian itu hari-hariku merasa tak tenang. Aku terus diliputi rasa bersalah. Ega pun melihat perubahanku. Dia selalu bertanya tentang keadaanku yang menjadi aneh, dan aku tak berani jujur. Aku berusaha sebisa mungkin menutupi kesalahanku dari Ega. Seperti yang aku tau, Ega tak pernah mengeluh dengan perubahanku, dia tetap mencintaiku.
Bel istirahat berbunyi. Teman-teman sekelasku berhamburan keluar, tinggal aku yang diam di kelas. Aku tak merasakan lapar diperutku. Kemudian Ridho menghampiriku.
“Sin, kamu kenapa sich dari tadi kelihatannya gelisah terus?lagi ada masalah?cerita dong! Jelek tau, jangan cemberut terus.”tanya Ridho sambil memegang tanganku.
“Aku akan mengambil keputusan sekarang.”jawabku sambil berusaha melepaskan tangannya dari tanganku.
“Maksudnya???”
“Aku ingin kita akhiri semua ini. Aku gak mau ada kebohongan lagi. Kamu tahu selama ini aku gak pernah tenang menjalani hubungan ini? Ada orang yang tersakiti oleh hubungan kita. Aku gak mau terus menyakiti Ega.”
“Jadi, kita akan meresmikan hubungan kita secara utuh?”Ridho berkata dengan mata yang berbinar-binar.
“Bukan itu maksudku. Aku ingin kita mengakhiri hubungan kita.” sahutku sambil menunduk.
Aku tak berani menatap Ridho. Rasa sayang yang berusaha aku kubur takut tak bisa hilang apabila aku menatap matanya.
“Sin, aku tahu kamu masih sangat mencintaiku. Kenapa kamu membohongi perasaan kamu sendiri, please jangan lakukan ini padaku?”kata Ridho sambil berusaha memegang tanganku kembali.
“Keputusankku sudah bulat. Terlalu picik aku terhadap Ega, dia tak pantas untuk aku sakiti. Aku ingin membahagiakannya. Sekarang aku baru sadar,aku hanya mengagumimu. Kamu terlalu sempurna buat aku. Maafkan aku dho, masih banyak orang di luar sana yang lebih baik dari aku dan tentu bisa membahagiakanmu.”
“Aku tak tahu apakah ada hal yang bisa merubah keputusannmu. Ini mimpi, aku berharap ini hanya mimpi. Tapi  sayangnya ini kenyataan, aku harus bisa menerimanya. Aku mencintaimu, aku ingin melihat kamu bahagia. Jika bukan aku yang bisa membahagiakanmu ,aku rela”jawab Ridho dengan wajah yang seolah menutupi kesedihannya.
“Aku tak akan pernah melupakanmu, kamu akan tetap aku kenang sebagai seseorang yang pernah berarti dalam hidupku dan kuharap ini hanya akan menjadi rahasia kita berdua”kataku sambil memeluknya.
“Yah...”jawabnya singkat.

            Aku pergi meninggalkan Ridho sendirian dikelas. Aku hendak menghampiri Ega di kelasnya. Akan aku tebus segala kesalahan-kesalahanku padanya. Sebelum aku keluar, aku kembali menatap Ridho.
            “Kamu tetap jadi sahabatku kan??”tanyaku.
“Tentu...”sahut ridho yang tetap berusaha tersenyum.
            Dari kejauhan aku melihat Ega berdiri di depan ruang kelasnya. Aku berlari menghampirinyadanlangsung memeluknya erat, tak peduli orang-orang disekitarku melihat adegan ini. Kubisikan sesuatu ke telinga Ega.
“Maafkan aku. Aku sangat mencintaimu, sayang”.

Artikel



Kemiskinan di Negeri yang Kaya


            Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya. Mungkin kalimat itu sudah tidak asing lagi dan sering kita dengar dari dulu. Sebenarnya “kaya”disini perlu kita amati lebih jauh lagi mengingat keadaan bangsa kita yang jauh dari kata “kaya”tersebut. Pada kenyataannya kita semua tahu dari segi kekayaan alam bangsa Indonesia sangat kaya tetapi kenapa perekonomian Indonesia begitu terpuruk? Seharusnya dengan modal kekayaan alam yang melimpah setidaknya bisa mencukupi kebutuhan seluruh masyarakat Indonesia tanpa kekurangan sedikitpun. Tapi kenapa kenyataan sekarang ini malah sebaliknya?
            Kita bisa mengambil contoh pertambangan emas di Papua yang dikelola oleh perusahaan Amerika yakni PT. Freeport. Tambang ini juga mengandung tembaga dan perak untuk pasar dunia. Perusaahan tersebut telah mengelola pertambangan selama 44 tahun sejak tahun1967. PT. Freeport merupakan pengasil emas terbesar didunia dan secara finansial telah memberikan keuntungan yang besar bagi perusaahaan asing tersebut. PT. Freeport memegang 90,64 % saham, sisanya dimiliki oleh pemerintah. Telah diketahui pula bahwa keuntungan yang didapat PT. Freeport mencapai 70 triliun setiap tahunnya, angka yang begitu fantastis. Dari penghasilan tersebut ternyata tidak lebih dari 1% keuntungan yang didapat Indonesia. Pada awal tahun 2006 sejumlah masyarakat  Papua melakukan protes di Timika dan Jakarta. Mereka menuntut PT. Freeport meningkatkan pembagian hasil perusahaan dari 1% hingga 7%. Sesuatu yang sangat disayangkan. Dari sumber alam yang dimiliki sendiri, pemiliknya sama sekali tidak memperoleh keuntungan yang maksimal.
            Dari salah satu contoh permasalahan diatas kita dapat melihat begitu terpuruknya perekonomian bangsa Indonesia. Dengan kekayaan yang begitu melimpah tetapi bangsanya sendiri tidak dapat mengelolanya untuk kemakmuran rakyatnya. Hanya pihak asing yang terus mengeksploitasi sumber daya yang ada di Indonesia. Seharusnya dengan memberikan modal sumber daya alam, pihak asing dapat saling berbagi keuntungan dengan bangsa indonesia. Tetapi pada kenyataannya jangankan untuk kemakmuran seluruh masyarakat Indonesia untuk masyarakat disekitarnyapun perusahaan tersebut tidak memberikan keuntungan.
            Melihat kenyataan seperti itu sangat jelas apabila Indonesia dikatakan sebagai negara miskin di negeri yang kaya. Apabila kekayaan tersebut dapat dikelola oleh kita sendiri pasti keuntungannya pun dapat kita rasakan. Bukankah kita semua tahu dalam pasal 33 ayat 3 UUD 1945 yang berbunyi ”Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Seharusnya sumber daya alam yang kita miliki tersebut dapat menjadi salah satu modal untuk menyejahterakan rakyat. Ada UU yang jelas yang mengatur tentang pengunaan sumber daya alam. Pada kenyataannya pengelola sumber daya alam tersebut kebanyakan merupakan pihak swasta termasuk didalamnya pihak asing. Hasilnya pun lebih banyak menguntungkan pihak swasta. Dalam pengertian “dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat” hanya dalam bentuk pajak yang ditarik oleh pemerintah, dengan asumsi bahwa pendapatan negara dari pajak akan digunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Keterlibatan rakyat dalam kegiatan mengelola sumber daya dalam bentuk penyerapan tenaga kerja tidak menjadi prioritas utama dalam kebijakan pengelolaan sumber daya alam di Indonesia. Sehingga akhirnya sumber daya alam dan kemakmuranyang didapat hanya dikuasai oleh sekelompok orang saja. Misalnya saja dalam kegiatan penambangan di Kalimantan Barat dan Tengah, rakyat yang menjadi seorang penambang kecil harus tergusur untuk memberikan tempat bagi penambang besar dengan alasan tidak mempunyai teknologi dan manajemen yang baik sehingga layak digusur hanya dengan dalih tidak memiliki izin.
            Perlu penanggulangan dengan segera mengingat sekarang ini Indonesia dibandingkan negara tetangga di Asia Tenggara, peningkatan kemiskinannya merupakan yang terbesar. Indonesia kalah dari Thailand dan Malaysia, Indonesia bahkan juga kalah dengan Laos dan Kamboja yang dalam waktu tiga tahun terakhir ini bisa menurukan jumlah penduduk miskinnya. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan mengelola sumber daya alam yang kita miliki dengan tangan kita sendiri. Masalahnya sekarang, kenapa bangsa Indonesia tidak memiliki kemampuan untuk mengelolanya? Faktor apa yang menyebabkannya?
            Untuk pengelolaan sumber daya alam diperlukan keahlian yang mencukupi, setidaknya dalam penguasaan teknologi yang digunakan untuk mengelolanya. Hal tersebut tentunya tidak terlepas dari tingkat pendidikan yang dimiliki rakyat Indonesia. Sejauh mana tingkat pendidikan Indonesia. Sekarang ini angka pendidikan tinggi di Indonesia hanya mencapai 18%, atau sekitar 4,5 juta mahasiswa dari 25 juta orang yang berusia 19-24 tahun. Sementara pengembangan dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dilakukan dalam spesialisasi jurusan di universitas. Kondisi pendidikan yang seperti ini tidak memberikan kemungkinan bagi anak bangsa untuk mengelola sumber daya alam negeri sendiri karena tak ada kemampuan teknologi dan kapasitas manajerial. Padahal apabila sumber daya alam dikelola sendiri oleh tenaga produktif dari negeri sendiri tentu akan mendatangkan kemakmuran bagi bangsa Indonesia. Agar pendidikan yang dimiliki dapat memberikan pengaruh terhadap pemanfaatan sumber daya yang dimiliki, pendidikan itu harus diarahkan untuk memenuhi pemanfaatan sumber daya alam daerah dengan menyediakan spesifikasi jurusan pendidikan yang relevan dengan potensi kekayaan alam lokal. Misalnya, bila potensi suatu daerah adalah penghasil minyak, maka harus dibangun sekolah pertambangan di daerah tersebut. Hal ini akan mendorong pembangunan indusrtri yang disesuaikan dengan potensi daerah yang menyerap tenaga kerja lokal. Banyak keuntungan yang didapat, diantaranya menciptakan lapangan pekerjaan, menghemat biaya transportasi dalam produksi hingga menggerakan ekonomi daerah. Dengan begitu melimpahnya sumber daya alam yang kita miliki dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa Indonesia.

Cerpen

Rasa Yang Tertinggal


“Mah, bendera semaphore Riri mana?”tanyaku buru-buru.
“Koq nanya mamah, minggu kemarin bekas latihan, kamu simpan dimana?coba ingat-ingat lagi.”
“Oh, iya. Aku baru ingat. Benderanya dikumpulin di basecamp pramuka sekolah.”kataku sambil mengingat-ingat.
“Ya udah. Sekarang kamu cepat pergi ke sekolah. Bukannya kamu harus cepat-cepat latihan pramuka?”
            “Iya mah, Riri udah telat nih. Assalamualaikum.”
            Aku bergegas pergi menuju sekolah untuk mengikuti ekskul pramuka. Aku terburu-buru karena sudah terlambat. Setiba di sekolah aku segera pergi ke lapangan menuju teman-temanku yang sudah berkumpul.
            “Tumben Ri telat?”Tanya Tari.
“Iya, tadi nyari-nyari bendera semaphore dulu. Aku lupa kalau benderanya dikumpulin.”jawabku.
            “Nich benderanya Rie!” kata Tari sambil menyodorkan bendera kepadaku.
            Tak lama pembina pramuka pun datang untuk melatih kita semua. Untuk pertemuan sekarang kita semua berlatih semaphore. Akhir-akhir ini aku semakin sibuk dengan kegiatan ekskulku ini karena sebulan lagi akan diadakan Jambore Nasional. Kebetulan, aku dan sembilan teman lainnya menjadi utusan dari sekolah untuk mengikuti jambore nasional. Setelah selesai berlatih, pembina kami akan mengadakan tes kemampuan semaphore secara kelompok. Setiap kelompok dibagi lima orang. Teman-teman kelompokku adalah Tari, Resa, Dhika, dan Yogi. Setelah membagi kelompok, kami pun diberi kesempatan untuk bersiap-siap dengan kelompok masing-masing. Ketika sedang berkumpul dengan kelompok, aku merasa ada yang aneh dari diri Dhika. Dia selalu menghindar setiap ada aku, tetapi aku berusaha biasa-biasa saja terhadap dia.
            Hari demi hari telah dilalui. Setiap bertemu Dhika, selalu saja aku merasa ada yang aneh. Dhika tak seperti biasanya, selalu saja Dhika kelihatan canggung ketika bertemu dengan aku.
            “Ri, ke kantin yuk?” kata Tari pas jam istirahat.
            “Nggak agh, kamu duluan aja, lagi males keluar nih.”jawabku.
            Akupun duduk sendiri di bangkuku. Dari tempat dudukku, aku melihat Roni sedang berbincang-bincang dengan kakak kelaskku. Setahukku dia bernama Juan. Entah kenapa aku sangat suka setiap melihat Juan. Dia begitu tampan. Mungkin itu yang tersirat dipikiranku setiap melihatnya. Juan memang selalu datang ke kelasku setiap jam istirahat. Dia selalu menemui Roni, teman se-gengnya. Ada perasaan suka setiap aku melihatnya. Tapi aku tak berani mengungkapkannya Aku hanya berani menatapnya dari kejauhan. Itulah salah satu alasanku untuk tidak pergi ke kantin. Aku pun selalu berpura-pura berpaling setiap Juan tiba-tiba menoleh kepadaku.  
            Sore harinya aku kembali mengikuti ekskul pramuka. Makin hari jadwal latihanku semakin padat. Setelah pulang latihan tiba-tiba Yogi menghampiriku. Dia menyerahkan sepucuk surat kepadaku dan bilang surat tersebut dari Dhika. Sesampainya dirumah, perlahan kubuka surat itu dan mulai membacanya. Aku terkejut setelah membaca surat itu, ia mengatakan kalau ia menyukaiku, dia mulai jatuh cinta terhadapku. Kemudian, aku membalas surat itu. Aku meminta Dhika agar menunggu jawabanku seminggu lagi. Setelah kejadian itu, Dhika selalu menunjukan perhatiannya setiap hari. Setiap berangkat sekolah dia selalu menjemputku dan mengantarkanku pulang setiap pulang sekolah.
            Seminggu kemudian, ketika jam istirahat, Dhika mengajakku bertemu di taman sekolah. Dhika akan meminta jawaban atas suratnya seminggu yang lalu. Aku pun segera menemui Dhika. Sesampainya di taman aku melihat Dhika sudah menunggu disana dan aku segera menghampirinya. Aku berpikir kalau aku akan menerima Dhika menjadi  pacarku. Aku juga melihat Dhika serius kepadaku. Kembali ku teringat Juan, kakak kelas yang aku sukai. Aku pun merasa cintaku pasti bertepuk sebelah tangan. Tak ada tanda-tanda kalau Juan menyukaiku. Aku tak mau bermimpi terlalu jauh, ada seseorang yang benar-benar mencintaiku sekarang. Kuutarakan perasaanku sekarang.
            “Gimana Rie ?”tanya Dhika dengan penuh harap.
            “Yah, aku mulai mencintaimu!” jawabku.
            Bel tanda istirahat sudah usai pun berbunyi. Kulihat senyum bahagia terukir di wajah Dhika setelah mendengar jawabanku. Aku berharap semoga ini menjadi pilihan terbaik untukku. Bahagia bersama orang yang mencintaiku. Kemudian kami pun segera pergi ke kelas masing-masing. Ketika tiba di pintu kelas, Juan memanggilku. Dia meminta supaya aku untuk menunggunya saat pulang sekolah nanti. Aku menatapnya heran. Ada apa Juan memintaku menunggunya nanti.  Kuanggukan kepalaku tanda setuju.
            Jam pelajaran terakhir pun berakhir. Kembali ku teringat janjiku kepada Juan. Perlahan satu persatu anak-anak di kelas pun pulang tinggal aku sendirian di kelas. Tak lama Juan datang menghampiriku. Dia pun duduk di sebelahku.
            “Ada apa kak, tumben nyuruh nungguin?”tanyaku heran.
            “Ada hal penting yang harus aku omongin”jawabnya gugup.
            “Apa?”kataku
“Aku tak bisa terus begini. Tersiksa menahan sesuatu yang sudah lama aku pendam. Aku mencintaimu Ri. Dari dulu, sejak pertama aku melihatmu. Tak ada keberanian untuk mengungkapkannya. Setiap istirahat aku selalu datang ke kelas ini hanya untuk bisa melihatmu, melihat senyummu ”ungkapnya.
            Perasaan tak karuan kurasakan saat ini. Baru istirahat tadi aku menerima Dhika menjadi pacarku. Sekarang, orang yang selama ini aku sukai menyatakan persaannya. Apa yang harus aku lakukan. Ku lihat dari kejauhan Dhika menuju kelasku. Aku bangkit dari tempat dudukku.
“Orang yang telah mengisi hatiku sudah menjemputku kak” kataku sembari meninggalkannya.